Curi Ide Membangun Bisnis Gym dan Fitness dari Pendiri The Bar Bali
Kebutuhan masyarakat untuk hidup sehat semakin tinggi di tahun 2019. Beberapa memilih untuk mengonsumsi makanan sehat atau berolahraga, beberapa yang lain mungkin keduanya. Tuntutan kerja yang penuh tekanan, khususnya di perusahaan yang mengharuskan duduk dalam kurun waktu yang relatif lama, bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Adalah Alexander, seorang pemuda Indonesia kelahiran Singapura, yang akhirnya mendirikan tempat gym-nya sendiri di Seminyak, Bali. Kepeduliannya terhadap isu-isu yang terjadi di kalangan milenial Bali terkait kesehatan dan postur tubuh yang baik, mendorongnya untuk membuat The Bar.
Sebelumnya, lulusan teknik di sebuah universitas ternama di negeri Singa ini, memang sudah memiliki ketertarikan mendalam terhadap dunia kebugaran dan bodybuilding. Tak hanya itu, ia juga resah ketika melihat banyak orang yang gerakannya saat mengangkat beban kurang benar, belum lagi jika posturnya tidak sesuai. Ini membuatnya terdorong untuk menjadi seorang personal trainer, karena ia sendiri juga memulai dari nol, di mana tubuhnya belum seideal sekarang. Artikel ini, dengan begitu, akan membahas perjuangan Alexander dalam mendirikan The Bar, dari alasannya memilih Bali sebagai lokasi bisnis, kesulitan yang sempat dihadapinya, dan tips-tips berbisnis bagi mereka yang ingin memulai bisnis gym.
Mengapa The Bar memilih Bali sebagai lokasi bisnis?
Siapa yang sangka, ternyata bisnis gym sedang berkembang dengan cepat di Bali, setidaknya di tahun 2018, dengan dua alasan. Yang pertama adalah karena kebutuhan untuk hidup sehat yang tinggi tadi. “Di Bali sendiri, orang-orang tuh seneng banget dengan aktivitas fisik,” kata Alexander, “entah itu lompat-lompat, angkat beban, atau zumba.” Kesenangan orang-orang ini ia lihat sebagai sebuah peluang bisnis yang bisa membawa untung bagi banyak pihak. Dan tempat yang nyaman dan menarik secara visual juga bisa menjadi faktor penentu untuk pelanggan datang lebih banyak.
Alasan kedua adalah fenomena sosial. Menurut Alexander, gym zaman sekarang tidak hanya dilihat sebagai tempat untuk membentuk tubuh, tetapi juga sebagai tempat berkumpul atau nongkrong, di mana tercipata sebuah komunitas tersendiri. “Saya juga memilih Seminyak di Ruko Sunset ini karena pesaing kami sedikit,” tambahnya. Ternyata, belum terlalu banyak bisnis gym di area Seminyak. Ini tentu ia manfaatkan untuk memaksimalkan potensinya dan mengerahkan ide-ide kreatifnya untuk The Bar. Dan hasilnya? Bisa dibilang The Bar merupakan satu-satunya tempat olahraga yang mengusung konsep yang moderen dengan visual interior yang menarik di Seminyak.
Baca Juga: Arsitek Ini Memilih untuk Membangun Studio Olahraga dan Kedai Kopi
Siapa saja pelanggan The Bar?
Alexander mengatakan bahwa tidak ada audiens spesifik yang ia targetkan sebagai pelanggannya. Entah itu anak muda, ibu rumah tangga, atau lansia, semuanya dibebaskan untuk datang. Itulah mengapa The Bar juga menyesuaikan paket olahraga untuk pelanggannya. Mereka bisa berlatih dalam waktu sekali datang, mingguan, atau tiga bulanan. Ketiganya pun memiliki porsi harga yang berbeda-beda. “Tapi ya tetap, semakin lama mereka mau berlangganan, semakin murah juga harganya,” tambahnya. Dari jenis-jenis paket yang berbeda ini, tentu bisa dibedakan mana pelanggan bulanan dan mana pelanggan harian.
The Bar sendiri memiliki lima personal trainer, yang semuanya adalah laki-laki. Kelimanya merupakan trainer yang sudah terbukti keahliannya untuk jenis olahraga yang berbeda-beda. Satu trainer fokus melatih angkat beban, yang lain crossfit, yang lain zumba, dan dua lainnya untuk jenis yang lainnya pula. Beragamnya jenis olahraga ini dengan personal trainer yang berbeda pula, tentu memberikan kebebasan bagi para pelanggan untuk memilih jenis program yang mereka inginkan. Dan menariknya, satu pelanggan bisa memilih lebih dari satu program yang mereka mau.
Kesulitan apa yang sempat dihadapi The Bar terkait bisnis?
Sebelum lebih dikenal seperti sekarang, Alexander sempat menemukan rintangan yang hampir membuatnya gagal mendirikan The Bar. Rintangan pertama adalah pihak keluarga yang tidak menyetujuinya untuk membangun bisnis gym. Meskipun mengalir darah pebisnis, keluarganya merasa kurang percaya dengan bisnis gym. Sebagai jalan keluarnya, Alexander pun terus meyakinkan mereka bahwa bisnis ini bisa sama atau lebih menguntungkan dibandingkan jenis bisnis lainnya. Dan benar saja, sekarang, dengan lima personal trainer, gedung sendiri di Seminyak, dan jumlah pelanggan yang terus bertambah hampir setiap bulannya, The Bar berhasil membuktikan bahwa bisnis gym juga memiliki prospek yang cerah.
Baca Juga: All Caps Store Buktikan Seni Mural Memiliki Pasar dan Prospek yang Cerah
Tantangan lain yang kadang ia rasakan adalah mempertahankan kualitas dan layanan kepada pelanggan. Bercermin dari keadaan The Bar yang sekarang, ia menganggap bahwa untuk menjaga pelayanan yang baik kepada pelanggan, dibutuhkan strategi yang cermat dan berbeda dari yang lain. “Pelanggan kami sejauh ini udah nyaman sih sama pelayanan The Bar, makanya yang PR nih gimana cara ngelanjutinnya,” katanya sambil terkekeh. Ia menganggap bahwa kualitas yang terjaga ini adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah bisnis. Namun, kira-kira apalagi ya kunci kesuksesan lain menurut Alexander dalam membangun bisnis gym? Baca terus artikelnya sampai selesai, ya.
Bagaimana cara The Bar mengenali pelanggan lebih dekat?
Dalam bisnis, pelanggan adalah aset yang sangat berharga untuk memajukan pertumbuhan bisnis. Dengan mengetahui identitas pelanggan, sebuah bisnis bisa memiliki akses untuk menanyakan kepada pelanggan terkait apa yang perlu diperbaiki. Tidak hanya itu, pendapat pelanggan ini juga bisa Anda gunakan untuk menentukan menu mana yang harus Anda tonjolkan dan mana yang harus diganti atau dimodifikasi. Tanpa pendapat pelanggan ini, pertumbuhan bisnis mungkin akan stagnan dan bahkan melambat.
Itulah mengapa hubungan dengan pelanggan merupakan aset yang tidak kalah pentingnya untuk kemajuan bisnis. Customer Relationship Management (CRM) bisa menentukan apakah pelanggan akan setia atau justru akan kabur. Salah satu cara yang dilakukan Alexander untuk membuat CRM yang mapan adalah dengan program loyalitas. Entah itu memasang program promosi yang menarik dan pemberian jumlah reward yang menarik, pelanggan tentu bisa memilih apakah mereka harus setia di bisnis Anda atau melirik ke bisnis lain.
Unduh juga e-book terbaru kami seputar program loyalitas dan strategi pemasangannya untuk memaksimalkan penjualan bisnis Anda.
Bagaimana Moka membantu The Bar dalam keberlanjutan bisnis?
Satu hal yang paling membantu dari Moka adalah untuk rekap penjualan. Sebelum menggunakan Moka, Alexander mengakui bahwa ia masih menggunakan Google Sheet untuk mengurus aktivitas operasional bisnisnya. Misalnya, mencatat pelanggan yang hadir dan menghitung sendiri reward untuk pelanggan setia yang telah berlangganan selama kurun waktu tertentu. Tentu saja, setelah menggunakan Moka, proses aktivitas operasional bisnisnya menjadi lebih cepat.
Alexander juga menceritakan pengalamannya tentang Moka. Dari mana ia tahu aplikasi kasir Moka pertama kali? “Saya tau dari mulut ke mulut sih, temen ada yang rekomendasikan pake Moka dan akhirnya coba, sekarang sudah dua tahun pake Moka,” katanya. Fitur-fitur Moka dinilainya efektif dalam hal menghemat waktu. Ia tidak perlu lagi lelah-lelah merekap penjualan atau menghitung reward penjualan secara manual karena Moka sudah melakukannya secara otomatis dan akurat.
Apa tips-tips berbisnis bagi mereka yang ingin membangun bisnis gym?
Tiga prinsip yang selalu dipegang Alexander agar sukses dalam bisnis adalah pantang menyerah, percaya dengan konsep asli, dan memiliki sistem yang kokoh. Pertama, ia menyarankan untuk tetap berjuang dan berupaya keras untuk memajukan bisnis, terlepas dari sebanyak apapun rintangan yang menghadang di tengah-tengah. Hadirnya pesaing, sumber daya yang kurang, dan toko yang sepi, terkadang bisa membuatnya semangat turun dan berhenti berinovasi. Namun, dengan tekad yang kuat, pasti semua masalah akan selalu dilihat sebagai sebuah peluang untuk berkembang.
Selanjutnya adalah percaya dengan konsep asli. Banyak tempat-tempat gym saat ini yang memiliki konsep yang menarik dan moderen. Mereka tidak hanya menyediakan tempat untuk berolahraga saja, tetapi juga membuat kedai kopi kecil-kecilan di dekat pintu masuk gym. Bahkan, di Yogyakarta, ada sebuah gym dekat Universitas Gadjah Mada yang juga menjual makanan sehat. Sehingga, keberadaan gym tersebut untuk meningkatkan awareness orang-orang untuk hidup sehat berjalan seiring dengan visi pelanggannya. Nah, jika Anda ingin membuka gym sendiri, Anda harus percaya dengan konsep yang Anda bawa sejak awal, dan tidak terpengaruh dengan konsep-konsep yang sudah ada atau yang Anda anggap aneh atau tidak mungkin.
Terakhir, tips berbisnis dari Alexander untuk mereka yang ingin membangun bisnis gym adalah memiliki sistem yang kokoh. Maksudnya sistem seperti apa? Ini bisa berarti manajemen operasional bisnisnya, mengelola kesejahteraan pelanggan, atau mempertahankan pelayanan yang baik. “Kalo udah punya sistem, jadinya gampang mau main data,” tambahnya, mengingat data merupakan aset penting untuk keberlangsungan bisnis. Dengan data terkait produk, kebiasaan berbelanja pelanggan, dan pendapatan bulanan, tentu pemilik bisnis akan bisa menganalisa lebih akurat untuk membuat strategi penjualan ke depannya.
Nah, dari kisah inspiratif Alexander dalam membangun The Bar, apakah Anda sudah mendapatkan ide-ide dan gambaran yang lebih jelas terkait cara-cara membangun bisnis gym dan fitness? Simak juga kisah inspiratif merchant kami lainnya di sini.