6 Tantangan Bisnis Fashion Pria dan Wanita dan Cara Mengatasinya
6 Tantangan Bisnis Fashion Pria dan Wanita dan Cara Mengatasinya – Nyatanya, memiliki toko fisik dan juga menjual produk-produk fashion melalui media sosial tidak serta-merta meningkatkan penjualan secara kilat.
Apabila pelaku bisnis memiliki budget lebih untuk melakukan taktik branding dan marketing secara online, tentu sangat membantu untuk memperkenalkan bisnis Anda kepada khalayak yang lebih ramai.
Akan tetapi, jika kualitas layanan yang diberikan tidak sesuai dengan ekspektasi konsumen, rasa-rasanya bisnis kembali memasuki fase tantangan. Alhasil, bisnis pun sulit berkembang.
Baca juga: 5 Tips Memanfaatkan Hari Libur untuk Meningkatkan Penjualan Anda
Untuk itu, setiap pelaku bisnis perlu mengetahui seluk-beluk masalah yang biasanya dihadapi sehingga bisa memikirkan strategi yang cerdas guna menggenjot penjualan. Berikut ini adalah beberapa tantangan bisnis fashion pria dan wanita, beserta cara mengatasinya.
6 Tantangan Bisnis Fashion Pria dan Wanita dan Cara Mengatasinya
1. Pebisnis tidak fokus pada rencana monetisasi
Berikut ini adalah tantangan bisnis fashion pria dan wanita yang bisa saja Anda alami. Ketika baru memulai suatu bisnis, tidak sedikit pebisnis yang memikirkan soal brand awareness.
Katakanlah, pebisnis rutin bekerja sama dengan berbagai influencer demi memperkenalkan produk yang dijual, juga demi meningkatkan jumlah followers di media sosial.
Ya, brand awareness memang penting. Jika tidak ada konsumen yang mengenal bisnis Anda, bagaimana bisa barang yang Anda miliki terjual, bahkan hingga meraup keuntungan? Masalahnya, banyak pebisnis yang justru hanya fokus pada hal tersebut dan mengesampingkan hal-hal lain yang lebih penting.
Baca juga: Bisnis Fashion Mandek? Simak 7 Tips Meningkatkan Penjualan Ini
Perlu dipahami, melakukan monetisasi sejak awal bisnis berdiri penting dilakukan agar Anda bisa memperoleh pemasukan dan keuntungan yang stabil. Bagaimana caranya? Anda bisa mengenal dan mempelajari kebiasaan pelanggan Anda.
Misalnya, cari tahu kira-kira produk fashion apa yang memang digemari pelanggan. Lalu, cari tahu juga jam-jam ramai pelanggan Anda sering datang ke gerai offline. Atau, pelajari kenapa penjualan bisnis Anda meningkat atau menurun dibandingkan bulan lalu.
Dengan mengetahui kebiasaan pelanggan, Anda bisa menentukan strategi yang lebih tepat untuk mendongkrak penjualan bisnis.
Jika rasanya sulit untuk memantau perkembangan bisnis setiap waktu, sementara Anda disibukkan dengan berbagai pekerjaan, Anda bisa memanfaatkan aplikasi kasir Moka untuk mengetahui insight menarik soal bisnis Anda. Mulai dari produk yang paling sering dibeli, jam-jam paling ramai, dan sebagainya.
Setidaknya, aplikasi kasir ini akan membantu meringankan pekerjaan Anda untuk memantau kebiasaan pelanggan, juga untuk memonitor stok inventaris per item. Hanya tinggal klik, klik, klik, Anda sudah bisa mendapatkan insight eksklusif mengenai bisnis Anda sendiri. Barulah dari sana Anda bisa menggencarkan strategi monetisasi bisnis.
2. Pelanggan masih suka mengunjungi toko fisik
Meski banyak toko online berjamuran, nyatanya masyarakat masih gemar mengunjungi toko fisik secara langsung agar mereka bisa melihat dan mencoba langsung produk yang diinginkan. Entah itu pakaian, topi, sepatu, dan sebagainya.
Yang kerap menjadi tantangan bisnis fashion pria dan wanita ialah bisnis tidak memiliki budget yang cukup untuk membuka toko fisik, apalagi di tempat yang strategis seperti pusat perbelanjaan.
Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa mengajukan pembiayaan usaha ke berbagai platform teknologi finansial, seperti Peer-to-Peer (P2P) Lending. Atau jika ingin lebih mudah, Anda bisa mengajukan permodalan usaha melalui Moka Capital, di mana berbagai platform P2P Lending, seperti KoinWorks, Taralite, dan Modalku siap untuk memberikan pinjaman modal usaha hingga Rp2 miliar, dalam 3-5 hari kerja.
Modal usaha itu pun bisa Anda manfaatkan untuk membuka gerai offline, sebagai salah satu langkah Anda mengembangkan bisnis.
Baca juga: Hindari 5 Kesalahan dalam Bisnis Ritel agar Anda Makin Sukses
Di samping itu, ada cara lain yang bisa Anda lakukan, yakni melakukan konsinyasi. Apa itu konsinyasi? Ini merupakan suatu langkah di mana Anda bisa menitipkan produk Anda untuk kepada penjual lain.
Tujuannya adalah untuk memperluas pemasaran produk, mencapai keuntungan sebesar-besarnya, sehingga mengurangi kerepotan dalam mengurus transaksi penjualan produk dan jasa Anda.
Jika Anda berpikiran untuk melakukan konsinyasi, Anda bisa menargetkan toko online, seperti bobobobo.com dan localbrand.id. Sementara untuk yang offline, Anda bisa menyasar The Goods Dept dan People’s Project.
3. Kurang fasih akan teknologi dan inovasi terbaru
Mempelajari tren yang ada, nyatanya para pebisnis fashion bukan cuma ingin menjual produk dan jasa saja. Kini, mereka juga sudah mulai aware untuk menjual experience yang unik dan berbeda demi merebut perhatian pelanggan.
Seperti yang ditulis oleh Bisnis.com, salah satu desainer kawakan Indonesia, Rinaldy A. Yunadi pernah menggelar Fashion Nation pada 2016 lalu. Di sini, para pengunjung bisa mencoba Virtual Dressing Room di mana mereka bisa mencoba berbagai rancangannya secara virtual, tanpa harus mencoba busananya secara langsung.
Ada pula Bedazzle Moving Gems yang menunjukkan berbagai aksesoris rancangan Rinaldy. Bentuknya berupa animasi pada cermin. Nantinya pengunjung bisa bercermin dan mengenakan aksesoris rancangannya, juga secara virtual. Menarik, ya!
Baca juga: 15 Peluang Bisnis Ritel Tahun 2020 dengan Keuntungan Maksimal
Salah satu e-commerce Singapura pun juga sudah memanfaatkan teknologi virtual ini, lebih tepatnya lewat fitur BeautyCam. Untuk menunjang penampilan yang lebih sempurna, calon pembeli bisa mencoba berbagai warna lipstik, hanya dengan mengarahkan muka mereka ke kamera depan ponsel.
Teknologi inovatif ini pun bisa menjadi solusi atas kegalauan konsumen yang ingin membeli lipstik, tapi takut bila warnanya tak cocok di wajah. Calon konsumen tak perlu mencoba setiap warna satu per satu, tapi dengan BeautyCam, mereka bisa mendapat gambaran langsung bagaimana jika lipstik tersebut sudah dipoles di bibir.
Nah, jika contoh teknologi dan inovasi di atas terasa “mahal” dan sulit membuatnya, setidaknya Anda harus bisa lebih kreatif dalam menghasilkan suatu produk fashion. Misalnya, dulu batik dijadikan sebagai baju formal, tapi sekarang batik bisa dijadikan sebagai motif kerudung atau hijab.
Contoh lain, Popoluca The Label, brand asal Yogyakarta ini merilis dress dengan bentuk plisket, yang mana biasanya model tersebut cuma dipakai untuk celana atau rok panjang saja. Nah, tak sulit menghadapi tantangan bisnis fashion pria dan wanita di Indonesia, kan?
4. Persaingan dengan brand luar negeri
Ini dia tantangan bisnis fashion pria dan wanita yang selanjutnya. Seperti yang telah diungkapkan pada awal pembahasan, gaya fashion di Indonesia cenderung meniru gaya Barat. Maka dari itu, tidak heran apabila konsumen memang lebih tertarik untuk membeli brand-brand luar negeri, yang modelnya mereka suka dan minati.
Baca juga: 3 Tren Mobile Payment di Indonesia, Sekarang di Fase Mana?
Untuk mendapatkan produk-produk tersebut pun kini sudah sangat mudah. Di berbagai pusat perbelanjaan di Indonesia, terdapat berbagai macam gerai brand fashion internasional yang bisa dikunjungi calon pembeli sehingga mereka lebih mudah mendapatkan produk yang diincar.
Sebagai solusi, pebisnis lokal pun tak segan mengadopsi gaya fashion luar negeri dan membuat produk mereka sendiri, dengan harapan pembeli bisa melirik brand lokal yang model dan kualitasnya tidak kalah dari brand luar.
Memang, brand-brand lokal Indonesia sudah mulai dilirik keberadaannya, meski brand luar masih berusaha merebut pasar Indonesia. Namun, ini menjadi sebuah langkah positif yang menunjukkan bahwa pebisnis lokal tidak ingin kalah saing dengan pebisnis luar.
Baca juga: 5 Kesalahan dalam Merekrut Karyawan yang Sebaiknya Dihindari
Contohnya saja, Oldblue. Co. Brand denim lokal yang didirikan oleh Ahmad Hadiwijaya pada 2010 ini sangat mengutamakan kualitas produk dengan menekankan aspek durability sehingga produk-produk buatannya bisa awet digunakan secara bertahun-tahun.
Bahkan, produknya tersebut sudah memiliki pasarnya sendiri di level internasional. Di antaranya adalah Malaysia, Tiongkok, Thailand, Australia, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat. Ya, berkat kualitas yang dijaga tinggi, banyak konsumen luar negeri yang jatuh cinta dengan denim produksi Oldblue Co.
5. Harus jeli melihat perkembangan tren
Tren fashion yang berubah begitu cepat harus membuat pelaku bisnis menjadi lebih jeli ketika ingin menggaet pelanggan. Jika tidak menangkap peluang dengan cepat, pelanggan bisa saja beralih ke brand lainnya.
6. Beredarnya produk fashion tiruan
Tantangan lainnya yang membuat pebisnis fashion gigit jari adalah beredarnya produk fashion palsu. Produk tersebut biasanya memiliki model yang sama, tapi bahan pembuatnya memiliki kualitas jauh di bawah. Biasanya, produk tiruan ini pun dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
Baca juga: Mau Ekspansi Bisnis? Ini 5 Tips Membuka Cabang Usaha Baru
Bagi pembeli yang lebih mengutamakan budget ketimbang kualitas produk, tentu akan lebih memilih produk tiruan tersebut. Toh, modelnya sama dan harganya lebih murah, meski bahannya tak sebagus yang asli. Kata orang, “Ada uang, ada barang”.
Untuk mengatasi tantangan bisnis fashion pria dan wanita ini, ada baiknya Anda sebagai pelaku bisnis tak ambil pusing. Sebab, pembeli produk tiruan tersebut sudah pasti bukanlah target market Anda. Lebih baik Anda fokus pada kualitas dan layanan yang diberikan sehingga Anda bisa mengubah pembeli biasa menjadi pembeli setia Anda.