Soft Selling adalah Cara Jitu Promosi, Ini Contohnya!
Soft Selling adalah Cara Jitu Promosi, Ini Contohnya! – Bagus atau tidaknya penjualan ditentukan dari bagaimana teknik promosi bisnis Anda. Adapun dua teknik promosi yang mendasar dan paling sering digunakan adalah teknik promosi soft selling dan hard selling.
Tentu saja, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karenanya, sebagai pebisnis, Anda harus pandai-pandai memilih mana yang tepat untuk berpromosi. Biasanya, banyak yang menjadikan teknik soft selling sebagai pelengkap dari promosi hard selling Anda. Namun, tak sedikit pula yang sebaliknya, yakni menjadikan promosi hard selling sebagai pelengkap promosi soft selling.
Untuk lebih mudah menentukan strategi mana yang paling cocok untuk usaha dan target pasar Anda, mari kita bahas terlebih dulu perbedaan keduanya.
Baca juga: Strategi Promosi untuk Usaha Kecil Menengah
Soft Selling adalah Promosi Cara Halus, Maksudnya?
Soft selling adalah teknik menawarkan atau memperkenalkan informasi produk dengan cara tidak langsung. Artinya, ketika Anda ingin menawarkan produk dengan cara soft selling, Anda harus membangun cerita atau narasi terlebih dahulu, kemudian barulah Anda menawarkan produk Anda secara halus.
Dengan kata lain, Anda harus memosisikan produk Anda sebagai solusi atas narasi yang telah Anda bangun sebelumnya, sehingga konsumen pun tidak akan merasa mereka sedang dipaksa untuk membeli produk Anda. Inilah prinsip utama teknik promosi soft selling.
Soft Selling dan Hard Selling, Apa Bedanya?
1. Definisi soft selling dan hard selling
Jika soft selling adalah cara promosi dengan menawarkan produk secara halus, hard selling justru sebaliknya.
Hard selling adalah teknik menawarkan atau memperkenalkan produk secara lugas dan langsung, dengan harapan konsumen dapat langsung mengetahui tujuan dari promosi itu. Cara hard selling ini bertujuan agar konsumen langsung melakukan pembelian.
2. Ketertarikan dari konsumen
Menurut berbagai penelitian, rata-rata konsumen justru lebih menyukai promosi soft selling. Sebab, dengan teknik soft selling, para konsumen tidak merasa seperti sedang dipaksa untuk membeli suatu produk.
Alih-alih, konsumen malah akan dibuat penasaran dengan produk yang ditawarkan, sehingga mereka akan melakukan riset sendiri. Ketika mereka suka dengan apa yang mereka temukan saat riset tersebut, maka mereka pun akan tergerak untuk membeli produk tersebut.
Sementara untuk hard selling, cara ini memang cukup baik untuk mendapatkan ketertarikan dari konsumen dengan waktu yang cenderung lebih cepat dari cara soft selling. Jika mereka menyukai promosi yang Anda sampaikan, maka tanpa berpikir lama, mereka pun akan langsung membeli produk Anda.
3. Objektif dari kegiatan promosi
Teknik soft selling adalah teknik yang paling cocok diterapkan jika objektif promosi Anda adalah untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen baru. Teknik ini bisa menarik minat target konsumen yang bukan hanya peduli dengan kualitas produk, tetapi juga cerita atau makna di balik produk tersebut. Inilah yang dilakukan oleh berbagai brand besar seperti Nike, Apple, dan Coca-Cola.
Sebaliknya, objektif dari teknik hard selling sendiri adalah untuk meningkatkan penjualan dalam jangka pendek. Umumnya teknik ini digunakan pada musim-musim tertentu, khususnya ketika antusiasme belanja konsumen sedang tinggi-tingginya.
Baca juga: 7 Strategi Promosi yang Bisa Anda Terapkan di Hari Kemerdekaan
Contoh Teknik Soft Selling dan Hard Selling
1. Saat pertama kali meluncurkan produk baru
Ada seorang pebisnis pemula yang ingin memperkenalkan produknya. Jika ia menggunakan teknik soft selling, maka ia akan membagi-bagikan sampel gratis agar konsumen kenal dahulu dengan produk yang ditawarkan. Jika ia menggunakan teknik hard selling, maka ia akan memberikan potongan harga untuk menarik perhatian dari calon konsumen.
2. Saat ingin meningkatkan angka penjualan
Sebutlah seorang pengusaha makanan ingin menarik perhatian pelanggannya menggunakan media sosial. Jika ia menggunakan teknik soft selling, maka ia akan menampilkan foto-foto makanan yang menggugah selera disertai dengan caption yang persuasif. Ia juga bisa me-repost unggahan-unggahan dari para konsumennya untuk memancing minat konsumen baru.
Jika ia menggunakan teknik hard selling, maka ia akan mengunggah beragam promo menarik pada halaman media sosialnya. Misalnya, promo “Beli 1 Gratis 1”, diskon spesial hari raya, atau menu kombo hemat baru.
3. Saat ingin meningkatkan engagement konsumen
Penjual baju online ingin mempromosikan produk yang baru saja dirilis. Jika ia ingin menggunakan teknik soft selling, maka ia bisa mengadakan program giveaway di platform milik content creator. Dengan demikian, sang penjual baju bisa membangun engagement dengan para pengikut content creator tersebut.
Jika ia ingin menggunakan teknik hard selling, maka ia akan mengadakan mengadakan program giveaway langsung di platform miliknya sendiri.
Baca juga: Curi Hati Pelanggan dengan 18 Kata-Kata Promosi Produk Kecantikan
Itulah pengertian dari soft selling dan perbedaannya dengan hard selling. Tentunya, Anda bisa menggunakan keduanya secara beriringan dengan lebih mudah jika Anda memasarkan produk secara online. Akan tetapi sebelum itu, Anda jelas perlu memiliki toko online terlebih dahulu.
Jika Anda belum memiliki toko online, maka GoStore siap untuk membantu dan memudahkan Anda untuk jualan online. Dengan GoStore, Anda bisa membangun toko online dengan mudah dan tentunya, mampu teroptimasi dengan baik karena GoStore sudah terintegrasi dengan layanan Facebook Shop, Instagram Shop, dan Google Shopping.
Dengan banyak manfaat yang ditawarkan, GoStore adalah salah satu sarana yang tepat untuk membantu bisnis Anda semakin berkembang. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa klik di sini.