Beli Bahan Baku Online Lebih Mudah, Ini Rahasia Sukses Warung Lahap
Sebagian bisnis kuliner unik yang semakin mencuat bisa membuat sebagian lainnya mulai dilupakan. Dari ayam geprek, jus mangga kekinian, hingga boba milk tea kini sudah banyak pesaingnya.
Meski popularitas makanan lainnya mulai bergeser, paling tidak ada beberapa jenis makanan yang hingga kini masih menjadi ‘primadona’ karena cita rasanya yang tak terlupakan. Salah satunya adalah Warung Nasi Uduk dan Ayam Goreng Lahap yang menyediakan menu sederhana yakni nasi uduk dan ayam goreng.
Bagaimana awal mula Warung Lahap berdiri?
Warung Lahap dibuka sejak tahun 2004, tepatnya di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Firly, pemilik warung yang menyediakan nasi uduk ini memang ingin mendirikan usaha setelah selesai kuliah. Berawal dari kegemarannya mencicipi berbagai kuliner, pada suatu waktu ia menemukan rasa yang cocok hingga kemudian ia mengajaknya untuk membuka restoran bersama.
Namun sayang, ia dan rekannya kala itu mengalami kendala sehingga mereka berdua memutuskan untuk menjalankan bisnisnya masing-masing. Dari sana, ia kemudian mengembangkan kembali menu-menu lamanya sehingga memiliki lebih banyak varian. Ia pun sempat diajari rekan lamanya terkait cara mengoperasikan sebuah usaha kuliner.
Baca Juga: Kakk Ayam Geprek, mengembangkan bisnis kuliner di tengah kompetitor
Seiring berjalannya bisnis kulinernya yang semakin pesat, kini ia memiliki 12 karyawan.
“Saya ingin memberikan ilmu lebih banyak ke anak-anak lama. Tujuannya agar mereka sejahtera,” ujar Firly.
Selama sekitar 15 tahun berbisnis, ia sudah mengalami banyak suka maupun duka. Menurutnya antara berbisnis dan bekerja dengan berbagai orang punya kelebihan dan kekurangan. Menurutnya, kalau kerja, penghasilan tetap setiap bukan, tidak ada risiko dan bisa berbagi hasil bersama teman.
Namun di dunia usaha, kita sendiri lah yang harus mengambil keputusan dan tidak bisa dibagikan ke orang lain. Risiko keputusan harus dipikirkan secara matang agar berdampak baik.
“Kita harus mengerti ada risiko kegagalan. Terutama saat awal memulai bisnis, pasti akan ada risiko gagal kita tetap harus belajar dari kegagalan,” ujarnya.
Sebagai pemilik, ia pun tidak mengharuskan diri untuk datang ke warungnya setiap hari. Biasanya dalam seminggu hanya sekitar 2-3 kali. Apalagi sejak menggunakan Moka, ia bisa memantau arus keuangan di mana saja. Adanya kamera pengintai pun juga membuatnya lebih mudah dalam mengetahui situasi di sana secara real-time.
Teknologi seperti apa yang dimanfaatkan Warung Lahap?
Salah satu rahasia Firly untuk bisa lebih mudah membeli bahan baku adalah dengan memanfaatkan teknologi seperti Moka Fresh. Fitur-fitur premium Moka Fresh memudahkannya untuk memantau aktivitas operasional dan inventori bahan baku di tokonya. Sebelum menggunakan Moka Fresh, ia mengaku sempat kewalahan mengecek stok makanan yang begitu banyak setiap bulannya. Data stok yang masih tersisa dan yang akan datang tidak bisa terekam dengan transparan, sehingga ia harus menghitungnya secara manual. Sekarang, ia bisa menyerahkan urusan stok kepada Moka Fresh karena ia bisa memonitor pergerakan inventori secara langsung.
“Ibaratnya kalau dulu di sekolah ada ujian, baru belajar malam sebelumnya. Kalau dulu lebih sering main ke toko, sekarang waktunya bisa dimanfaatkan untuk hal lain,” ujarnya.
Sebelum menggunakan Moka, ia harus membeli bahan makanan di pasar tradisional setiap hari, karena bahan baku harus segar. Untuk itu ia memanfaatkan Moka Fresh untuk membeli bahan makanan. Namun sampai sekarang ia masih menggunakan agen untuk membeli ayam dan daging karena butuh untuk jumlah yang besar.
Kepercayaan juga merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan ketika memilih supplier.
Baca Juga: 3 tips memilih supplier yang baik untuk membangun bisnis kuliner Anda
“Kepercayaan, ketepatan waktu, dan durasi, itu tiga hal utama yang saya pertimbangkan. Saya juga harus memastikan ayamnya selalu segar dan tidak beku. Bagaimanapun yang fresh rasanya pasti beda. Saya cek harga juga agar harga tetap terjangkau,” kata Firly.
Adanya Moka Fresh juga kerap membantu Firly dalam berjualan. Menurutnya sistem pemesanan bahan baku jadi lebih mudah karena dilakukan secara online. Alhasil, operasional bisnis kulinernya jadi lebih efisien, dalam artian ia jadi lebih mudah dalam menyetok barang.
Strategi pemasaran seperti apa yang digencarkan Warung Lahap?
Tak mau kalah dengan bisnis kuliner kekinian yang kini menjamur, Warung Lahap juga memanfaatkan Instagram. Namun, strategi pemasaran ini terbilang tradisional. Ia mengaku tidak memasang promo apapun karena harganya masih terjangkau. Sehingga bisa dibilang, pelanggan yang mampir merupakan pelanggan loyal yang memang ingin makan di sana, bukan hanya sekadar promo.
Baca Juga: Fitur terbaru: Moka Promo! Buat program promosi sendiri jauh lebih simpel
“Apa yang kita lakukan adalah menjual makanan dengan kualitas dan rasa. Kalau tamu suka pasti mereka juga kasih tau ke orang lain,” ujar Firly.
Setiap orang yang datang ke sana sebagian besar pasti ingin mencicipi ayam goreng original-nya yang menjadi best seller sejak dulu, disusul dengan ayam bakar dan berbagai macam jeroan. Untuk nasi uduknya sendiri disajikan menggunakan resep ciri khas betawi. Berbeda dengan nasi uduk di daerah lain yang beraroma santan, nasi uduknya lebih kaya di rempah. Ciri khasnya adalah nasi yang dibungkus daun sehingga memiliki cita rasa yang khas. Menariknya lagi, nasi uduk dibayar sekali dan bisa diambil sepuasnya, serta gratis lalapan dan teh sepuasnya.
Bagaimana Firly membagi waktu antara keluarga dan bisnis?
Memiliki bisnis kuliner yang sukses bukan berarti tanpa tantangan. Menurutnya ketika sudah berumah tangga, kita harus pintar-pintar membagi waktu. Terutama jika sudah memiliki anak.
“Karena pekerjaan ini menyita banyak waktu terutama untuk mengatur karyawan. Saya harus melatih karyawan-karyawan yang baru. Ibaratnya banyak rumah tangga yang sekarang menggunakan suster dan supir, saya sudah pernah coba, tapi ternyata setelah saya menggunakan saya jadi terlalu fokus dengan pekerjaan.
Baca Juga: 7 tips buat karyawan lebih bahagia dan terus semangat dalam bekerja
“Anak yang dibesarkan oleh orangtua sendiri itu beda tentunya dengan yang dibesarkan oleh orang lain, karena kalau dibesarkan oleh orang lain, observasi orang tua jadi kurang. Jadi saya mengurangi jumlah tenaga pembantu (suster) dan tidak menggunakan supir lagi, sebisa mungkin saya sendiri yang mengantar-jemput anak saya,” cerita Firly.
Kini giliran Anda untuk membeli bahan baku dengan mudah melalui teknologi. Jadi, tunggu apalagi? Simak lebih lanjut di artikel kami atau langsung coba sekarang di Backoffice Anda.