Dampak Cashless Society Bagi Milenial dan Cara Menghadapinya
Dampak Cashless Society Bagi Milenial dan Cara Menghadapinya – Bagi generasi milenial, belanja atau melakukan transaksi tanpa menggunakan uang tunai sudah menjadi hal yang lumrah.
Mereka sudah terbiasa menggunakan alat-alat elektronik seperti kartu debit, kredit, ataupun uang elektronik untuk melakukan pembayaran.
Fenomena perubahan gaya transaksi seperti ini dikenal dengan istilah cashless society (masyarakat tanpa uang tunai).
Istilah cashless society merujuk pada kondisi masyarakat yang lebih memilih menggunakan uang elektronik dalam bertransaksi barang dan jasa dibandingkan dengan uang fisik.
Baca Juga: Menyambut Era Cashless Society, Ini Manfaat Fitur Mobile Payment Moka
Di tahun 2019, pembahasan mengenai cashless society semakin hangat dibicarakan. Terlebih lagi sebelumnya juga sudah banyak lembaga riset dan non-riset yang melakukan survei untuk melihat fenomena cashless society ini.
Hasilnya, banyak muncul pro dan kontra terhadap topik cashless society. Sebagian ada yang percaya bahwa gerakan ini membawa lebih banyak manfaat, sementara sebagian yang lain berpikiran sebaliknya.
Namun begitu, terlepas dari pro dan kontra yang mencuat, satu hal yang juga perlu menjadi sorotan adalah bagaimana gerakan cashless society ini memberikan dampak terhadap masyarakat, khususnya generasi milenial, yang kebetulan menyaksikan sendiri dan mengikuti perkembangan fenomena cashless society ini belakangan.
Singkatnya, cashless society memang memiliki hubungan erat dengan digitalisasi. Oleh karena itu, milenial sebagai generasi yang melek akan teknologi dan hidup ditengah internet of things dianggap lebih dapat menyesuaikan diri dengan budaya baru, seperti membayar secara non-tunai.
Apalagi, membayar secara non-tunai ini juga sifatnya sangat praktis dan mudah. Tentu saja hal ini sesuai dengan karakteristik dari generasi milenial yang suka segala sesuatunya itu praktis dan bisa dikerjakan melalui ponsel pintar mereka.
Lantas, apa dampak cashless society bagi milenial?
Milenial merupakan generasi penggerak. Maka dari itu, Anda sebagai pelaku bisnis harus dapat memahami bagaimana perilaku milenial saat ini.
Salah satu perilaku milenial yang perlu Anda pahami adalah perilaku mereka dalam hal manajemen keuangan.
Dengan munculnya fenomena cashless society, pola konsumsi dan perilaku milenial saat ini dalam melakukan transaksi telah berubah.
Dikutip dari IDN Times, berikut ini beberapa perilaku milenial yang telah berubah akibat pengaruh dari cashless society.
1. Milenial tidak suka jika dompet mereka tebal
Ini dia dampak cashless society bagi milenial yang pertama. Kaum milenial terkenal dengan anti-ribet. Mereka lebih suka membawa uang seperlunya saja, cukup buat makan, nonton dan parkir.
Dengan demikian, bisa dikatakan dompet mereka tipis. Walau begitu, bukan berarti bahwa pengeluaran mereka tidak besar. Sebenarnya milenial cukup konsumtif menggunakan uangnya.
Bagi milenial, solusi untuk tidak terlampau konsumtif adalah dengan gaya hidup cashless society. Pasalnya, mereka mengaku lebih boros jika membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Tidak hanya itu, dompet yang tebal juga dinilai tidak praktis karena bentuk fisiknya yang terlalu memakan tempat di tas atau di kantong celana.
Dari survei yang dilakukan kepada orang-orang usia produktif di Jakarta bulan Mei 2019, hampir 80 persen di antaranya memiliki dompet yang bentuknya tipis.
Bahkan, sekitar 15 persen di antaranya tidak memiliki dompet sama sekali dan tidak membawa saat berpergian.
Mereka berpikir bahwa ponsel pintar sudah cukup untuk menampung informasi yang mereka butuhkan untuk berpergian, sehingga keberadaan dompet dianggap tidak relevan lagi dalam aktivitas keseharian mereka.
2. Milenial mengandalkan gadget untuk bertransaksi
Generasi milenial sangat mengandalkan gadget untuk bertransaksi. Mereka lebih memilih menggunakan sistem pembayaran non-tunai, dari pembayaran dengan kartu kredit atau kartu debit, hingga sistem teknologi perbankan digital seperti e-money atau e-wallet.
Apalagi dengan kehadiran kartu debit, segala sesuatu memang terasa lebih mudah dalam hal transaksi. Sistem pembayaran tersebut sangat digemari oleh para milenial yang anti-ribet, karena bisa menggunakannya dalam transaksi langsung tanpa perlu repot membawa uang tunai.
3. Mobile banking dan internet banking dianggap sudah ketinggalan zaman
Pada awal mobile banking dan internet banking muncul, produk keuangan non-tunai ini banyak digunakan. Karena sistem perbankan elektronik yang dianggap sangat modern dan sangat memudahkan transaksi tanpa perlu ke ATM atau bank.
Namun kini, kedua jenis produk tersebut justru sudah mulai ditinggalkan. Penyebabnya karena muncul produk yang lebih mutakhir yakni e-money dan e-wallet.
Dengan produk-produk keuangan terbaru itu, para milenial tidak perlu lagi membawa token atau mengingat password.
Mereka juga tidak perlu lagi melakukan serangkaian prosedur transaksi seperti yang ada pada internet banking dan mobile banking.
Bagi para milenial, mereka cenderung lebih nyaman bertransaksi secara digital atau gadget payment. Sebab, selain mudah digunakan, juga lebih aman.
4. Meski suka transaksi non-tunai, milenial tetap punya banyak produk keuangan
Meski tidak begitu suka melakukan transaksi secara tunai, milenial tetap mengenal dan memiliki berbagai jenis produk keuangan.
Bahkan produk keuangan yang paling banyak dimiliki oleh para milenial adalah tabungan konvensional. Selanjutnya produk keuangan seperti asuransi, leasing, kartu kredit, deposito, serta KPR juga cukup diminati oleh para milenial.
Popularitas produk keuangan ini juga semakin mencuat karena kebutuhan milenial untuk mempersiapkan masa depannya.
Entah itu untuk asuransi kesehatan, properti, jaminan pensiun, dan tabungan darurat. Dan semakin banyak kebutuhan yang muncul seiring berjalannya waktu, kemungkinan semakin banyak pula produk keuangan yang dimilikinya.
5. Ada pertimbangan khusus untuk COD ketika transaksi untuk barang-barang tertentu
Meski milenial paling malas membawa uang tunai dalam jumlah banyak dan lebih memilih melakukan transaksi secara digital, tapi ada kalanya mereka mempertimbangkan untuk membayar secara tunai, khusus untuk transaksi-transaksi tertentu.
Sebagai contoh ketika membeli barang-barang yang membutuhkan pengecekan khusus. Mereka memilih untuk melakukan transaksi cash on delivery (COD) untuk memastikan barang yang dibeli tidak akan mengecewakan.
Metode pembayaran seperti ini masih menjadi preferensi mereka karena adanya wabah penipuan barang e-commerce yang bisa saja terjadi.
Mereka rela mengambil uang sesuai jumlah yang harus mereka bayar, dibandingkan harus transfer sebelumnya namun barang yang diterima rusak atau cacat.
Itulah mengapa peran uang tunai sebagai bagian dari aktivitas transaksi milenial sehari-hari, tidak bisa dihilangkan sepenuhnya juga.
Bagaimana milenial seharusnya menyikapi cashless society?
Munculnya fenomena cashless society saat ini tidak terlalu mengagetkan. Sebab sistem cashless itu sendiri memang memiliki banyak keunggulan, beberapa diantaranya seperti transaksi yang lebih detail, lebih aman dan lebih mudah penggunaanya.
Ditambah lagi kemajuan teknologi yang begitu cepat, telah mendorong generasi milenial untuk menjadi cashless ketika bertransaksi.
Download Free E-book: Tren Mobile Payment dan Dampaknya Bagi Pelaku Bisnis
Selain itu, fenomena cashless ini telah membuat milenial cenderung menjadi tidak mengerti akan nilai (value) uang yang dimilikinya.
Mereka menganggap harga atau nominal dari jumlah transaksi yang ada hanya sekedar angka. Akibatnya, nilai dari uang itu sendiri saat ini menjadi agak kabur.
Maka dari itu, dalam menyikapi cashless society para milenial disarankan agar tidak hanya menggunakan uang yang dimilikinya untuk berbelanja, tapi harus digunakan juga untuk berinvestasi.
Saat ini sudah banyak produk investasi yang bisa dimiliki oleh generasi milenial dengan cukup mudah. Beberapa di antaranya seperti bermain saham online, reksadana, serta membeli emas.
Baca Juga: 4 Tips Kelola Keuangan untuk Milenial Menyambut Era Cashless Society
Dengan semakin majunya teknologi, fenomena cashless society memang tidak dapat dihindari, terutama bagi milenial yang terbiasa menggunakannya.
Banyaknya keunggulan yang ditawarkan dari sistem cashless, telah mendorong generasi milenial untuk menjadi cashless.
Akhirnya, hal ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi dan perilaku milenial dalam bertransaksi. Mengetahui hal ini, sebagai pelaku bisnis Anda dapat memanfaatkannya untuk membuat strategi. Dengan begitu bisnis Anda akan tetap bertahan dalam menghadapi fenomena cashless society ini.
Sebagai penutup, tentu kehadiran gerakan cashless society di Indonesia masih menjadi bahan perbincangan yang seru di kalangan milenial.
Baca Juga: Revolusi Sistem Pembayaran di Era Ekonomi Digital
Di satu sisi, gerakan ini dipercaya bisa menjadi solusi paling ampuh untuk mengatasi berbagai masalah transaksi atau pembayaran konvensional. Di sisi lain, gerakan ini dianggap terburu-buru atau bahkan membahayakan.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, belum tentu sepenuhnya menghilangkan uang tunai sebagai metode pembayaran menjadi solusi yang terbaik, mengingat sebagian orang masih berpendapat bahwa uang tunai adalah metode pembayaran paling efektif untuk sejumlah pembelian tertentu.
Bagaimana menurut Anda?