A Cup of Moka x Jurnal: Mengembangkan Bisnis Kedai Kopi melalui Strategi Pemasaran Digital
“Tahun 2018 adalah tahunnya kedai kopi,” begitu Dedy Apriadi berkelakar. Pemilik kedai kopi Lantai Bumi yang berbasis di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini juga mengatakan bahwa kedai kopi sedang digandrungi tak hanya oleh para anak muda, tetapi juga oleh para orang tua. Alasannya adalah bahwa kedai kopi bisa dijadikan “wadah untuk guyub, bersosialisasi, dan bertukar pikiran dengan sedulur.” Ucapannya ini pun diiringi anggukan pelan dari para penonton.
Suasana kafe Lantai Bumi yang teduh tentu menghadirkan atmosfer yang membuat siapapun yang hadir bisa betah berlama-lama. Buktinya, hingga sesi kedua, penonton masih setia duduk di tempatnya untuk mengikuti acara. Raut wajah mereka yang serius menjelaskan sepenting apa informasi yang ditawarkan di acara ini, yaitu bagaimana membaca pasar kedai kopi di tengah-tengah persaingan yang sangat ketat untuk mengembangkan bisnis kopi mereka sendiri.
Sejak awal, niatan Moka untuk membantu para pebisnis kedai kopi mengembangkan bisnisnya di jaman teknologi sudah terngiang. Kebutuhan para pebisnis ini untuk tampil unik dengan produk khas yang mereka miliki tentu perlu didengar dan diberi ruang untuk bereksplorasi. Itulah yang kemudian menjadi alasan kuat Moka mengadakan acara dengan fokus membantu para pebisnis kopi memasarkan toko dan produknya secara digital.
Bekerja sama dengan Jurnal, Moka menargetkan bahwa acara A Cup of Moka dengan tajuk “Kenali Bisnismu, Iklankan Keunikanmu” ini dihadiri oleh para pemilik kedai kopi baru yang ingin mengetahui lebih banyak tentang industri kopi saat ini dan cara berbisnis kopi di pasar yang kompetitif. Acara ini terdiri atas lokakarya pemasaran digital dari Ferdi Anggriawan, Head of Performance Marketing Moka, dan Rivan Siswoyo, Marketing Associate Jurnal, yang diikuti oleh diskusi panel dari Dedy Apriady, pemilik Lantai Bumi, dan Pepeng, pemilik Klinik Kopi.
Di sesi lokakarya pertama, Ferdi menjelaskan bahwa kita hidup di dunia yang penuh distraksi, dan setiap hari manusia dihadapkan pada jumlah informasi yang membludak. Itulah mengapa penyampaian informasi yang berkesan tentu berperan penting dalam melakukan pemasaran digital agar tidak mudah dilupakan. Ia menjabarkan tiga strategi untuk mengembangkan bisnis apapun dengan lebih cepat, yaitu dengan menciptakan strategi retensi, mengatur pesan utama, dan mulai beriklan secara digital. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan secara rinci perbedaan antara media tradisional dan media digital, di mana segmentasi konsumen bisa diatur secara lebih spesifik di media digital dibandingkan di media tradisional.
Poin penting lain dari pembicaraan Ferdi adalah pentingnya menentukan Return on Advertising Spend (ROAS) dalam beriklan digital. ROAS ini merupakan seberapa besar marjin pendapatan yang dihasilkan dari biaya pembuatan iklan digital. Namun, ia juga menekankan untuk tidak terlalu tinggi memasang harga untuk iklan digital (atau iklan apapun), mengingat ini akan berdampak pada rendahnya keuntungan yang akan didapatkan.
Masih di sesi pertama, Rivan menjabarkan tentang pentingnya menggunakan omni-channel engagement, yaitu berupa online dan offline engagement. Sebelumnya, ia menjabarkan empat strategi pemasaran yang harus diperhatikan oleh para pebisnis UKM, yaitu produk, tempat, harga, dan promosi. Keempat poin ini berhubungan erat dengan pentingnya pemanfaatan pemasaran dan hubungan masyarakat untuk meningkatkan brand awareness dan kredibilitas usaha.
Setelah sesi pertama berakhir, acara dilanjutkan ke diskusi panel dari Lantai Bumi dan Klinik Kopi. Seperti yang sudah disebutkan di awal, Dedy menjelaskan apa yang membuat bisnis kedai kopinya bisa sukses di pasaran. Salah satu cara menjaga kualitas produk adalah dengan melakukan quality control dari proses kalibrasi yang dilakukan pada pagi hari dan tiap sif, dengan minimal 2 kali. “Sekarang,” tambahnya, “saya berhasil membuka Culturehead,” yang merupakan kedai kopi lain berkat kesuksesan Lantai Bumi.
Strategi pemasaran andalan dari Lantai Bumi adalah memfokuskan untuk menyampaikan keberadaan bisnisnya dari mulut-ke-mulut (Word of Mouth). Selain itu, ia menekankan untuk membuat pelanggan merasakan pengalaman minum kopi paling istimewa; ini dimulai dengan menyapa pelanggan yang datang saat mereka masuk. Selain itu, manfaatkan juga Instagram sebagai salah satu kanal pemasaran yang cukup hits digunakan. Buat pesan yang ingin disampaikan berupa cerita agar bisa lebih dekat dengan pelanggan.
Belum selesai, penonton dibuat penasaran dengan sesi diskusi selanjutnya, yang diisi oleh Pepeng dari Klinik Kopi. Ia menjelaskan bahwa untuk bertahan di pasar yang kompetitif, pengusaha harus mengunggulkan kualitas produk dan perkuat manajemen, khususnya manajemen keuangan. Ia pun menambahkan bahwa manajemen keuangan di tokonya sangat terbantu dengan aplikasi kasir Moka. Selain itu, strategi pemasaran yang digunakan adalah melalui kanal instagram dan mulut ke mulut. Jika perlu, mereka mengadakan acara per tiga bulan bersama kedai kopi lain bernama Ngopi di Museum. Yang cukup unik, adalah bahwa Klinik Kopi sering juga membuat merchandise untuk dibagikan ke para pelanggan, sehingga pelanggan bisa memberikan nilai lebih untuk Klinik Kopi dan datang lebih sering.
Bagaimana? Cukup menarik bukan acara ini? Jika Anda pemilik bisnis kedai kopi atau bukan, Anda bisa melihat informasi lebih lengkap tentang tren kopi dan cara mendongkrak penjualan bisnis kedai kopi Anda di e-book kami edisi Agustus.